Monday 1 November 2021

Antara Aku, Kau dan Ulat Bulu

 

“Cinta yang paling indah, adalah cinta yang datang tanpa perkenalan dan tanpa alasan”

(@Untaian_syair)

 

Cinta tak tertangkap oleh mata, tapi diserap oleh pikiran. Maka bagi si buta, cinta seperti bidadari yang bersayap. Logika cinta pun tak bekerja seperti penilaian atas selera. Ia bersayap tetapi buta, ia tak ubahnya seperti anak-anak. Karena di dalam memilih, ia seringkali terpikat (William Shakespeare).

Apapun itu cinta dan kenangan tentangnya adalah hal bersejarah dan berarti bagi kami. Kutuliskan sekelumit diantara banyak kisahku tentang dia yang sekarang kusebut sebagai “Pasangan Hidupku”.

1 April 2005

Hari itu terasa panas terik menyengat, dengan berat hati namun kupaksakan kulangkahkan kakiku menuju kampus yang tak begitu jauh dari rumah nenekku. Untuk kali keduanya kutempuh pendidikan demi memperoleh gelar sarjana meskipun jurusan yang sekarang bertolak belakang dengan kuliah diplomaku dulu. Atas saran dari Kepala sekolah di tempat kerjaku dan juga saran orangtua ku, baiklah Bismillah ku jalani saja, mungkin dengan begitu semakin banyak referensi ilmu yang kudapatkan meskipun kegiatan perkuliahan dilaksanakan siang hingga sore hari, yaitu pukul 13.00-17.00 tak lupa di selingi jam istirahat 20 menit untuk isoma.

Alhamdulillah setelah beberapa kali perkualiahan aku sudah banyak mengenal sahabat-sahabat baruku,aku mulai merasa nyaman, teman yang sama-sama bekerja meski ada beberapa yang berbeda profesi tapi kebanyakan profesinya guru sama denganku. Perkenalan dengan materi baru memang terasa susah, setidaknya ada kawan untuk berbagi dan berdiskusi. Bagaimana tidak sulit, kuliah diplomaku dulu jurusan IT hingga di sekolah pun mengampu pelajaran IT, dan yang kutempuh kali ini adalah jurusan bimbingan konseling.

 

Mahasiswa Sok Cuek, Siapakah dia?

Berkumpul, bercanda dan ngobrol kesana kemari bersama kawan-kawan adalah rutinitas sambil menunggu bel masuk. Kami duduk berjajar di teras koridor depan kelas sambil bercanda. Eh, sebentar, di ujung paling kanan ada seorang mahasiswa yang kalau diajak ngomong cuek banget orangnya. Pertanyaanku panjang jawaban dia hanya sepatah dua patah kata, lama-lama aku sebal sendiri. Siapa sih sombong amat? Ya sudahlah bicara sama tembok aja, Ups! maksudku lebih baik bicara dengan teman yang respon saja hehe.

Hari – hari berlalu begitu saja, sejenak ku abaikan mahasiswa aneh versi ku itu. Hingga suatu ketika perkuliahan telah sampai jam 15.00. Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kelas dan mengucap salam, ya ampun ternyata si dia baru saja datang bersama salah seorang temannya. Jam segini baru datang? Padahal perkuliahan diakhiri jam 16.30 walah. Kuperhatikan jejak langkahnya wow, hanya membawa satu buku tulis yang diletakkan di saku celana belakangnya? Kuliah apa main sih? Masak mahasiswa hanya bawa satu buku datangnya terlambat pula, wah parah, benar-benar aneh. Nah kan, jadinya aku bergibah bersama teman sebangku.

Tanpa terasa waktu berlalu sampailah pada masa persiapan PKL (Praktek Kerja Lapangan)  kami diberi hak untuk memilih dimana saja tempat PKL nya yang jelas harus disekolah. Tiba-tiba si dia mendekat, bertanya mau PKL dimana? Intinya tiba-tiba menjadi makhluk yang paling ramah sedunia alias mulai sok akrab. Beruntung aku orang yang baik dan tidak sombong jadi ya kujawab saja dengan super ramah, wah. Akhirnya si dia termasuk dalam kelompok PKL ku di sebuah SMP negeri yang tidak jauh darin rumahku tapi jauh bagi si dia.

Namanya Pak Sugeng, seorang guru otomotif di SMK swasta di kotaku Usianya lebih tua dia tahun dariku.  Dari yang awalnya cuek, aku sebal karena kecuekan nya entah kenapa semenjak PKL kami semakin akrab. Bahkan tak jarang dari tempat PKL si dia mengantarkanku pulang. Menurutku dia adalah teman yang care ternyata. Berbeda jauh saat aku menilainya pertama kali.

Ulat Bulu Ajaib

Seorang teman memanggilku sambil berteriak gaduh, “Bu Risa ada ulat berbulu di baju belakang ibu!” teriaknya. Otomatis aku berteriak takut sambil kebingungan. Dan Pak Sugeng pun datang sambil sejenak memberi arahan agar aku tenang, tangannya dengan lembut memegang dan mengambil ulat berbulu yang hinggap di bajuku tanpa permisi. Diriku pun terke siap dibuatnya, sambil menunjuk tanpa bisa berbicara. Bagaimana mungkin dia berani memegang ulat bulu tanpa menggunakan alas apapun? Apakah tidak gatal? Berbagai pertanyaan melayang-layang dalam angan. Berkali-kali kutanya, tidak apa-apa jawabnya. Tiba-tiba bayangannya berubah jadi tuxedo bertopeng penyelamat bumi, duh. Oh ulat bulu kau berhasil membuatku mengagumi seseorang. Oh tidak, bukankah dia orang tercuek sedunia?

Sejak peristiwa itu perasaan tidak menentu. Dia bukan siapa-siapa ku hanya sebagai kawan, tapi perhatiannya terkadang membuatku bertanya. Akhir-akhir ini aku sering memikirkannya.

Kami semakin dekat, dan akupun merasa nyaman dekat dengannya. Tanpa ungkapan cinta, tanpa ikrar sebagai pacar si dia datang bersama serombongan keluarganya meminangku untuk menjadi pendamping hidupnya. Pepatah Jawa mengatakan “Witing Trisno jalaran Soko Kulino”, yang artinya dari seringnya berteman dan bersama akhirnya bersemilah tunas-tunas cinta. Andai tahu bagaimana rasaku waktu itu, nano-nano rasanya. Antara bahagia, terharu, bingung menjadi satu. Semua mengalir begitu saja, tanpa ada ungkapan perasaan apalagi kata cinta. Semua hanya ditunjukkan lewat perhatian, lewat tindakan nyata.

Tak lupa seorang Risa bersujud di sepertiga malam memohon petunjuknya, benarkah dia untukku? Apakah memang dia dikirimkan untukku?. Hingga mimpi di malam itu beserta kemantapan hati kuanggap sebagai petunjuk tanda restu dari Allah sang pemilik hidup. Setiap insan pastilah mempunyai kelebihan dan kekurangan. Begitu pula denganku, alhamdulillah kami bisa saling menerima kekurangan masing-masing untuk saling melengkapi satu sama lain. Yang jelas 16 Agustus 2007 aku ada Pendamping Wisuda, alhamdulillah. Bapak, Ibu beserta calon Bapak dan Ibu mertua juga ikut mendampingi kami dalam wisuda, rasa bahagia tak bisa diungkap lewat kata. Hanya hati dan do'a lantunan syukur yang senantiasa bergema dari lubuk hati yang paling dalam.

Hari bersejarah, 27 Desember 2007

Hari Sabtu, 27 Desember adalah hari bersejarah untuk kami berdua. Mengikat janji dihadapan ilahi sebagai bentuk pelaksanaan ibadah kepada-Nya. Terimakasih atas restumu Ya Robb, terimakasih telah mempertemukan aku dengan pendamping hidupku sekaligus sebagai imamku.

 Tahun demi tahun telah terlewati, mengayuh biduk bersama untuk menggapai mimpi berdua bukanlah hal mudah. Aral dan rintangan terkadang hadir menyapa. Suka dan duka kita lewati bersama. Tahun 2009 mendapat anugerah seorang putri cantik yang kamu beri nama Kaila Khansa Ramaniya dan di tahun 2010 Allah memberi lagi anugerah seorang putra yang kami beri nama Tristan Zhafif Akhmad Akhdan. Alhamdulillah terimakasih ya Allah, Engkau mengirimkan lentera diantara gelapnya malam.

Menangis terharu tatkala teringat vonis dokter  kala itu, bahwasanya hamba Allah yang papa ini tidak boleh hamil kalau belum operasi jantung, operasi jantung pun biayanya mahal ujar beliau. Tapi ketika tangan-tangan Allah bergerak menunjukkan kuasa-Nya, apapun yang dianggap tidak mungkin bisa menjadi mungkin MasyaAllah. Atas ijin dan keajaiban-Nya kutemukan jalan operasi dan memberikanku dua malaikat pelengkap hidup kami.

Tinggal di mertua, di orang tua, bahkan pernah menjadi kontraktor alias ngontrak rumah beberapa kali alhamdulillah tahun 2015 Allah memberkahi kami dengan sebuah gubuk nan indah untuk kami bernaung. Alhamdulillah kami telah sampai di titik ini, titik dimana kehidupan ekonomi mulai membaik, titik dimana bisa memandang kedua buah hati kami  tumbuh dengan sehat, titik dimana kami bisa melihat kedua buah hati dengan aktifitas dan studinya.

Hanya itu memoar kisah yang bisa ku bagikan, karena jika ku tuliskan semua bisa jadi buku solo nantinya hehe. Apapun itu kita sebagai manusia tidak boleh putus asa, tidak boleh menyerah meski berada pada titik terendah.

Karena Allah tak akan membiarkan kita sendiri. Allah pasti mengirimkan pendamping untuk pasangan hidup untuk menjaga dan menemani dalam suka dan duka. Allah menciptakan makhluknya berpasang-pasangan.

Siapa sangka, dari se ekor ulat berbulu Allah merubah hati yang benci menjadi rindu. Dari se ekor ulat bulu Allah mengirimkan hati yang penuh dengan cinta.

No comments:

Post a Comment

Memaksimalkan Penggunaan Akun Belajar.Id Bersama Bootcam Belajar.id GMT Banyuwangi Day 1

  Oleh : Risa JR "Ilmu adalah mutiara yang berkilau didalam telaga, dapatkan dia meski harus bersusah payah. Kelak kilaunya akan menera...