“Cinta yang paling indah, adalah cinta yang
datang tanpa perkenalan dan tanpa alasan”
(@Untaian_syair)
Cinta tak tertangkap oleh mata, tapi diserap
oleh pikiran. Maka bagi si buta, cinta seperti bidadari yang bersayap. Logika
cinta pun tak bekerja seperti penilaian atas selera. Ia bersayap tetapi buta,
ia tak ubahnya seperti anak-anak. Karena di dalam memilih, ia seringkali terpikat
(William Shakespeare).
Apapun itu cinta dan kenangan tentangnya adalah
hal bersejarah dan berarti bagi kami. Kutuliskan sekelumit diantara banyak
kisahku tentang dia yang sekarang kusebut sebagai “Pasangan Hidupku”.
1 April 2005
Hari itu terasa panas terik menyengat, dengan
berat hati namun kupaksakan kulangkahkan kakiku menuju kampus yang tak begitu
jauh dari rumah nenekku. Untuk kali keduanya kutempuh pendidikan demi
memperoleh gelar sarjana meskipun jurusan yang sekarang bertolak belakang
dengan kuliah diplomaku dulu. Atas saran dari Kepala sekolah di tempat kerjaku dan
juga saran orangtua ku, baiklah Bismillah ku jalani saja, mungkin dengan begitu
semakin banyak referensi ilmu yang kudapatkan meskipun kegiatan perkuliahan
dilaksanakan siang hingga sore hari, yaitu pukul 13.00-17.00 tak lupa di
selingi jam istirahat 20 menit untuk isoma.
Alhamdulillah setelah beberapa kali
perkualiahan aku sudah banyak mengenal sahabat-sahabat baruku,aku mulai merasa
nyaman, teman yang sama-sama bekerja meski ada beberapa yang berbeda profesi
tapi kebanyakan profesinya guru sama denganku. Perkenalan dengan materi baru
memang terasa susah, setidaknya ada kawan untuk berbagi dan berdiskusi.
Bagaimana tidak sulit, kuliah diplomaku dulu jurusan IT hingga di sekolah pun
mengampu pelajaran IT, dan yang kutempuh kali ini adalah jurusan bimbingan
konseling.
Mahasiswa Sok Cuek, Siapakah dia?
Berkumpul, bercanda dan ngobrol kesana kemari
bersama kawan-kawan adalah rutinitas sambil menunggu bel masuk. Kami duduk
berjajar di teras koridor depan kelas sambil bercanda. Eh, sebentar, di ujung
paling kanan ada seorang mahasiswa yang kalau diajak ngomong cuek banget
orangnya. Pertanyaanku panjang jawaban dia hanya sepatah dua patah kata,
lama-lama aku sebal sendiri. Siapa sih sombong amat? Ya sudahlah bicara sama
tembok aja, Ups! maksudku lebih baik bicara dengan teman yang respon saja hehe.
Hari – hari berlalu begitu saja, sejenak ku
abaikan mahasiswa aneh versi ku itu. Hingga suatu ketika perkuliahan telah sampai
jam 15.00. Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kelas dan mengucap salam, ya ampun
ternyata si dia baru saja datang bersama salah seorang temannya. Jam segini baru
datang? Padahal perkuliahan diakhiri jam 16.30 walah. Kuperhatikan jejak
langkahnya wow, hanya membawa satu buku tulis yang diletakkan di saku celana
belakangnya? Kuliah apa main sih? Masak mahasiswa hanya bawa satu buku
datangnya terlambat pula, wah parah, benar-benar aneh. Nah kan, jadinya aku bergibah
bersama teman sebangku.
Tanpa terasa waktu berlalu sampailah pada masa persiapan PKL
(Praktek Kerja Lapangan) kami diberi hak
untuk memilih dimana saja tempat PKL nya yang jelas harus disekolah. Tiba-tiba
si dia mendekat, bertanya mau PKL dimana? Intinya tiba-tiba menjadi makhluk
yang paling ramah sedunia alias mulai sok akrab. Beruntung aku orang yang baik
dan tidak sombong jadi ya kujawab saja dengan super ramah, wah. Akhirnya si dia
termasuk dalam kelompok PKL ku di sebuah SMP negeri yang tidak jauh darin
rumahku tapi jauh bagi si dia.
Namanya Pak Sugeng, seorang guru otomotif di SMK swasta di kotaku
Usianya lebih tua dia tahun dariku. Dari
yang awalnya cuek, aku sebal karena kecuekan nya entah kenapa semenjak PKL kami
semakin akrab. Bahkan tak jarang dari tempat PKL si dia mengantarkanku pulang. Menurutku
dia adalah teman yang care ternyata. Berbeda jauh saat aku menilainya pertama
kali.
Ulat Bulu Ajaib
Seorang teman memanggilku sambil berteriak gaduh,
“Bu Risa ada ulat berbulu di baju belakang ibu!” teriaknya. Otomatis aku
berteriak takut sambil kebingungan. Dan Pak Sugeng pun datang sambil sejenak memberi
arahan agar aku tenang, tangannya dengan lembut memegang dan mengambil ulat
berbulu yang hinggap di bajuku tanpa permisi. Diriku pun terke siap dibuatnya,
sambil menunjuk tanpa bisa berbicara. Bagaimana mungkin dia berani memegang
ulat bulu tanpa menggunakan alas apapun? Apakah tidak gatal? Berbagai
pertanyaan melayang-layang dalam angan. Berkali-kali kutanya, tidak apa-apa
jawabnya. Tiba-tiba bayangannya berubah jadi tuxedo bertopeng penyelamat bumi,
duh. Oh ulat bulu kau berhasil membuatku mengagumi seseorang. Oh tidak,
bukankah dia orang tercuek sedunia?
Sejak peristiwa itu perasaan tidak menentu. Dia
bukan siapa-siapa ku hanya sebagai kawan, tapi perhatiannya terkadang membuatku
bertanya. Akhir-akhir ini aku sering memikirkannya.
Kami semakin dekat, dan akupun merasa nyaman
dekat dengannya. Tanpa ungkapan cinta, tanpa ikrar sebagai pacar si dia datang
bersama serombongan keluarganya meminangku untuk menjadi pendamping hidupnya. Pepatah
Jawa mengatakan “Witing Trisno jalaran Soko Kulino”, yang artinya dari
seringnya berteman dan bersama akhirnya bersemilah tunas-tunas cinta. Andai
tahu bagaimana rasaku waktu itu, nano-nano rasanya. Antara bahagia, terharu,
bingung menjadi satu. Semua mengalir begitu saja, tanpa ada ungkapan perasaan
apalagi kata cinta. Semua hanya ditunjukkan lewat perhatian, lewat tindakan
nyata.
Tak lupa seorang Risa bersujud di sepertiga
malam memohon petunjuknya, benarkah dia untukku? Apakah memang dia dikirimkan
untukku?. Hingga mimpi di malam itu beserta kemantapan hati kuanggap sebagai
petunjuk tanda restu dari Allah sang pemilik hidup. Setiap insan pastilah
mempunyai kelebihan dan kekurangan. Begitu pula denganku, alhamdulillah kami
bisa saling menerima kekurangan masing-masing untuk saling melengkapi satu sama
lain. Yang jelas 16 Agustus 2007 aku ada Pendamping Wisuda, alhamdulillah.
Bapak, Ibu beserta calon Bapak dan Ibu mertua juga ikut mendampingi kami dalam
wisuda, rasa bahagia tak bisa diungkap lewat kata. Hanya hati dan do'a lantunan
syukur yang senantiasa bergema dari lubuk hati yang paling dalam.
Hari bersejarah, 27 Desember 2007
Hari Sabtu, 27 Desember adalah hari bersejarah
untuk kami berdua. Mengikat janji dihadapan ilahi sebagai bentuk pelaksanaan
ibadah kepada-Nya. Terimakasih atas restumu Ya Robb, terimakasih telah
mempertemukan aku dengan pendamping hidupku sekaligus sebagai imamku.
Tahun
demi tahun telah terlewati, mengayuh biduk bersama untuk menggapai mimpi berdua
bukanlah hal mudah. Aral dan rintangan terkadang hadir menyapa. Suka dan duka
kita lewati bersama. Tahun 2009 mendapat anugerah seorang putri cantik yang
kamu beri nama Kaila Khansa Ramaniya dan di tahun 2010 Allah memberi
lagi anugerah seorang putra yang kami beri nama Tristan Zhafif Akhmad Akhdan.
Alhamdulillah terimakasih ya Allah, Engkau mengirimkan lentera diantara
gelapnya malam.
Menangis terharu tatkala teringat vonis dokter kala itu, bahwasanya hamba Allah yang papa ini
tidak boleh hamil kalau belum operasi jantung, operasi jantung pun biayanya
mahal ujar beliau. Tapi ketika tangan-tangan Allah bergerak menunjukkan
kuasa-Nya, apapun yang dianggap tidak mungkin bisa menjadi mungkin MasyaAllah. Atas
ijin dan keajaiban-Nya kutemukan jalan operasi dan memberikanku dua malaikat
pelengkap hidup kami.
Tinggal di mertua, di orang tua, bahkan pernah
menjadi kontraktor alias ngontrak rumah beberapa kali alhamdulillah tahun 2015 Allah
memberkahi kami dengan sebuah gubuk nan indah untuk kami bernaung. Alhamdulillah
kami telah sampai di titik ini, titik dimana kehidupan ekonomi mulai membaik,
titik dimana bisa memandang kedua buah hati kami tumbuh dengan sehat, titik dimana kami bisa
melihat kedua buah hati dengan aktifitas dan studinya.
Hanya itu memoar kisah yang bisa ku bagikan,
karena jika ku tuliskan semua bisa jadi buku solo nantinya hehe. Apapun itu
kita sebagai manusia tidak boleh putus asa, tidak boleh menyerah meski berada
pada titik terendah.
Karena Allah tak akan membiarkan kita sendiri.
Allah pasti mengirimkan pendamping untuk pasangan hidup untuk menjaga dan
menemani dalam suka dan duka. Allah menciptakan makhluknya berpasang-pasangan.
Siapa sangka, dari se ekor ulat berbulu Allah merubah
hati yang benci menjadi rindu. Dari se ekor ulat bulu Allah mengirimkan hati
yang penuh dengan cinta.
No comments:
Post a Comment