Keajaiban Sedekah Fatimah Az-Zahra
Pada Suatu malam, seorang tua, sebut saja namanya Badrus, tengah keluar dari rumahnya ingin menuju rumah Rasulullah SAW untuk minta bantuan makanan. Saat itu perutnya sangat lapar dan dahaga. Meskipun jatuh bangun sepanjang perjalanan, ia tidak putus asa. Tak lama kemudian sampailah ia di rumah Nabi Muhammad SAW.
Setelah salam,ia duduk. Orang tersebut langsung menyampaikan maksudnya,”Ya Nabi, aku dalam keadaan lapar dan dahaga. Begitu pula dengan semua anggota keluargaku. Jangankan untuk hari esok, sejak kemarin kami belum makan. Bantulah dan kasihanilah kami sekeluarga, Ya Rasulullah,” ujarnya dengan penuh rasa iba untuk dikasihani.
Nabi pun segera berusaha mencari persediaan makanan yang ada, Namun beliau tidak menjumpainya. Lalu sambil menyatakan maaf, beliau minta orang tua itu ke rumah Fatimah, putrinya, Istri Ali Bin Abi Thalib, mungkin disana masih ada persediaan makanan. Pergilah Badrus ke rumah Fatimah.
Setelah menyampaikan salam, ia langsung menyampaikan maksudnya. “Aku datang kemari atas perintah Rasulullah, ya Fatimah. Aku datang untuk meminta bantuan makanan buat kami sekeluarga yang kelaparan. Bantulah dan kasihanilah kami dengan memberi makanan barang sehari, atau dua hari ini.”
Sebagaimana Nabi, Fatimah pun bergegas mencari makanan ke tempat persediaan. Tetapi, juga tidak ia dapatkan. Sejenak Fatimah termenung. Ia melihat dua potong kulit domba sebagai alas tidur putranya, Hasan dan Husein, tanpa pikir panjang diambilnya dan diserahkannya kepada Badrus. “Terimalah dua potong kulit domba ini, karena kami tidak mempunyai roti atau makanan lainnya untuk meringankan bebanmu,” kata Fatimah.
“Maaf Fatimah,kami tidak memerlukan kulit domba itu, yang kami perlukan adalah makanan, atau dirham. Dengan dirham itu kami bisa membelanjakan makanan di pasar.”
“Astaghfirullahal’adzhim,” hati Fatimah seraya tersayat mendengar ucapan Badrus ini.
Kemudian Fatimah menengadahkan tangannya ke langit, berdo’a kepada Allah SWT, “Ya Allah,tunjukkanlah jalan padaku agar bisa meringankan beban tamuku dan keluarganya.”
Ketika kedua tangan Fatimah diturunkan, tersentuhlah olenya kalung emas pemberian Ali sebagai mas kawin(mahar) yang ,masih bergelantung di lehernya. Seketika itu juga berseri dan bergembiralah wajah Fatimah. Segera dilepasnya kalung itu. Mungkin kalung inilah yang bisa membantu badrus dari kesulitan, pikirnya.
Lalu diserahkanlah kalung itu kepada tamunya , “wahai Badrus, terimalah kalung emasku ini, semoga Allah memberimu jalan keluar dari kesulitan dan penderitaanmu selama ini.”
Mendapat pemberian dari Fatimah itu hati Badrus senang sekali. “Alhamdulillah, terimakasaih wahai Fatimah, Kamu anak Rasulullah yang baik hati,” tutur Badrus.
Namun ketika ia hendak berpamitan, seketika itu muncul keragu-raguan dalam benaknya. Kemana ia hendak menjual kalungnya itu. Sekali lagi, ia minta tolong kepada Fatimah untuk menunjukkan calon pembelinya. Oleh Fatimah ditunjukkan rumah Yasin Bin Amar, saudagar kaya di kota Madinah. Setelah mengucapkan salam, Badrus menuju rumah Yasir Bin Amar yang terletak tak jauh dari kediaman Rasulullah SAW.
Sesampainya di rumah Yasir, Badrus menceritakan seluruh perjalanan dan kejadian yang dialaminya tanpa ada yang tertinggal sedikitpun. Dengan berharap Yasin bin Amar mau menukar kalung emas dengan roti atau makanan atau beberapa lembar pakaian. Mendengar penuturan orang itu, Yasir Bin Amar terharu. Dalam hatinya ia sangat kagum dengan kepribadian Fatimah, yang merelakan miliknya yang berharga demi menolong orang lain yang memang sangat memerlukan bantuan. Setelah berfikir sejenak, akhirnya yasir menerima permintaan tamunya itu. Ditukarnya kalung emas itu dengan 20 mitsqal roti, 20 potong kain dan 20 dirham serta seekor unta untuk tunggangan pulang kerumah. Ia pulang dengan membawa bekal untuk mencukupi kebutuhan keluarga.
Beberapa saat sepeninggal orang tua itu, Yasir Bin Amar memanggil budaknya, Aslam untuk segera menghadap. Diperintahkan kepadanya untuk segera mengembalikan kalung emas milik Fatimah itu kepada Rasulullah SAW. Ketika menerima kalung itu, hati Rasulullah merasa terharu dan gembira. Ia merasakan bagaimana ketulusan dan budi baiknya hati Yasir Bin Amar.
Beliau juga merasa gembira dan bangga pada putrinya yang telah membantu orang yang sangat memerlukan pertolongan. Kalung itu kemudian diserahkan kembali oleh Rasulullah kepada putrinya. Hati Fatimah sangat gembira ketika menerima kembali kalung yang sudah diberikan kepada orang lain itu dengan ikhlas.
******
dicuplik dari: Kisah teladan,Tabloid “bacaan keluarga muslim” Nurani
No comments:
Post a Comment