PERJANJIAN
DENGAN JIN
Dahulu kala disebuah kota besar di kerajaan
Persia, Tinggallah seorang pedagang. Namun akhir-akhir ini pedagang itu sedang
sial. Setiap usahanya selalu gagal, sehingga akhirnya kekayaannya ludes. Kini
dia hanya duduk merenungi kemalangannya.
“Orang malang, apakah kau ingin mendapatkan
kembalisemua hartamu?” Tiba-tiba muncul mahluk jin di hadapannya.
Betapa terkejutnya hati si pedagang itu
melihat siapa yang berbicara dengannya. Tapi akhirnya pedagang itu bias
munguasai dirinya lagi.
“Ya…kalau mungkin,” keluh pedagang itu.
“Tentu saja bias,” senyum licik jin itu
mengembang. “Jangan sedih, kau cukup berjanji padaku, maka seluruh kekayaanmu
akan ku kembalikan. Berjanjilah bahwa 18 tahun lagi kau harus menemuiku di
tempat ini dan mempersembahkan mahluk hidup yang pertama-tama menyambutmu jika
kau pulang nanti.”
Tanpa berpikir panjang pedagang itu berjanji.
Delapan belas tahun cukup lama, lagi pula anjinglah yang selalu menggonggong
menyambutnya tiap kali dirinya pulang. Namun betapa terkejutnya pedagang itu,
ketika ia pulang bukan anjing yang menyongsongnya, tetapi Ahmed anak
kesayangannya . Pedagang itu merasa sedih, tapi ia sudah terlanjur mengucapkan
janji.
Jin itu memang menepati janjinya. Pedagang
itu kembali menjadi kaya-raya. Dan delapan belas tahun kemudian, Ahmed dibawa
oleh ayahnya ketempat dulu ia bertemu dengan jin.
Ahmed sudah diberi tahu tentang perjanjian
ayahnya dengan jin. Tapi sebelum berangkat, dia sudah minta tolong pada seorang
nenek-nenek yang bijaksana. Wanita itu memberinya mantra. Bila diucapkannya, dia
akan dikelilingi oleh dinding yang tak terlihat. Jadi tak aka nada yang akan
dapat mencelakakannya.
Sebelum jin itu muncul, Ahmed telah
mengucapkan mantera. Betapa murkanya jin itu, karena mantra itu sehingga ia tak
dapat melihat dan mencelakakan Ahmed.
“Kau menipuku!” teriaknya pada si pedagang.
“Jika aku tak bias menawan anakmu, kaupun akan kehilangan dia. Seumur hidup dia
harus mengembara.”
Dan memang demikianlah yang terjadi. Ahmed
meninggalkan rumahnya untuk bertualang. Setelah menyebrangi lautan dan
menjelajahi tempat-tempat yang terpencil, sampailah ia di istana yang megah
yang kelihatannya telah ditinggalkan penghuninya.
Di sebuah ruangan yang luas Ahmed menemukan
sebuah singgasana emas. Di atas singgasana itu melingkar seekor ular raksasa.
“Aku adalah Ratu daerah ini.” Tiba-tiba
mahluk mengerikan itu berkata.”Seorang penyihir telah menyihirku menjadi ular
seperti ini. Hanya jika ada seorang manusia yang berani bermalam di istanaku
tanpa mengeluarkan sepatah katapun, maka aku akan kembali ke wujud semula.
Maukah kau menolongku?”
Akhirnya Ahmed bersedia melakukan permintaan
ular raksasa itu. Semalaman Ahmed harus berjaga. Dia diserang oleh dua belas
jin yang mengerikan, tapi tak sepatah katapun keluar dari mulutnya, ia tak
menjerit ketakutan. Ketika fajar merekah, tiba-tiba ular raksasa itu berubah
menjadi seorang putrid yang cantik jelita. Ahmed akhirnya menikah dengan putrid
itu dan menjadi raja di istananya.
Bertahun-tahun Ahmed hidup dengan bahagia
bersama permaisurinya. Tetapi kemudian ia merindukan kedua orangtuanya.
Istrinya setuju jika Ahmed kembali ke negrinya untuk menjenguk kedua orang
tuanya, dan ia memberikan sebentuk cincin wasiat yang dapat membawa Ahmed
kemanapun juga yang di inginkan dalam sekejap mata.
“Cincin ini juga dapat memanggil siapa pun
yang ingin kau panggil,”kata istrinya, “tapi jangan sekali-kali kau gunakan
untuk memanggilku.”
Ahmed menerima cincin itu. Dalam sekejap mata
kemudian ia sudah sampai di hadapan ayah ibunya. Karena kedua orangtuanya ingin
melihat menantunya, Ahmed jadi lupa akan pesan istrinya. Di gunakan cincin itu
untuk memanggilnya. Istrinya memang dating, tapi ia merebut cincin itu dari
tangan Ahmed, lalu menghilang.
Ahmed kini terpaksa harus mengulangi
perjalanannya yang panjang. Setelah ia berhasil memperoleh jubah, sepatu, dan
tongkat ajaib, barulah ia berhasil kembali ke istananya.
Jubah itu membuatnya tak terlihat. Sepatu itu
menjadikan dirinya dapat melangkah cepat tanpa lelah, dan tongkat itu dapat
memukul sendiri. Ahmed masuk istananya tanpa terlihat karena mengenakan jubah
ajaibnya. Kemudian disuruhnya tongkat itu memukuli para pengawal. Akhirnya
ketika sampai di depan istrinya, di bukanya jubah ajaib itu. Mereka kembali
hidup bahagia. Ahmed tak pernah lagi melanggar nasihat istrinya.
No comments:
Post a Comment