Ya Allah betapa rindunya aku pada-Mu
Betapa inginnya ku menangis dalam Peluk-Mu
Andai semua dapat kembali
Pasti aku kan bahagia
Namun aku hanyalah insan biasa
yang tak tahu apa arti hidup
dan bahkan untuk apa aku hidup
Tuhan,Bimbinglah aku ke jalan-Mu yang lurus
Ampunkan hatiku yang salah ini ya Allah..
Tuntunlah aku keharibaan-Mu
Biarkan aku menangis ke pangkuan-Mu
Tuk yang kesekian kalinya...
Terimakasih telah menghapus airmataku
Terimakasih atas perhatian dan kasihsayang itu
Terimakasih atas segalanya
Dan Terimakasih t'lah membuatku merasa berarti
Monday, 30 April 2012
Sunday, 15 April 2012
Kisah Teladan
Keajaiban Sedekah Fatimah Az-Zahra
Pada Suatu malam, seorang tua, sebut saja namanya Badrus, tengah keluar dari rumahnya ingin menuju rumah Rasulullah SAW untuk minta bantuan makanan. Saat itu perutnya sangat lapar dan dahaga. Meskipun jatuh bangun sepanjang perjalanan, ia tidak putus asa. Tak lama kemudian sampailah ia di rumah Nabi Muhammad SAW.
Setelah salam,ia duduk. Orang tersebut langsung menyampaikan maksudnya,”Ya Nabi, aku dalam keadaan lapar dan dahaga. Begitu pula dengan semua anggota keluargaku. Jangankan untuk hari esok, sejak kemarin kami belum makan. Bantulah dan kasihanilah kami sekeluarga, Ya Rasulullah,” ujarnya dengan penuh rasa iba untuk dikasihani.
Nabi pun segera berusaha mencari persediaan makanan yang ada, Namun beliau tidak menjumpainya. Lalu sambil menyatakan maaf, beliau minta orang tua itu ke rumah Fatimah, putrinya, Istri Ali Bin Abi Thalib, mungkin disana masih ada persediaan makanan. Pergilah Badrus ke rumah Fatimah.
Setelah menyampaikan salam, ia langsung menyampaikan maksudnya. “Aku datang kemari atas perintah Rasulullah, ya Fatimah. Aku datang untuk meminta bantuan makanan buat kami sekeluarga yang kelaparan. Bantulah dan kasihanilah kami dengan memberi makanan barang sehari, atau dua hari ini.”
Sebagaimana Nabi, Fatimah pun bergegas mencari makanan ke tempat persediaan. Tetapi, juga tidak ia dapatkan. Sejenak Fatimah termenung. Ia melihat dua potong kulit domba sebagai alas tidur putranya, Hasan dan Husein, tanpa pikir panjang diambilnya dan diserahkannya kepada Badrus. “Terimalah dua potong kulit domba ini, karena kami tidak mempunyai roti atau makanan lainnya untuk meringankan bebanmu,” kata Fatimah.
“Maaf Fatimah,kami tidak memerlukan kulit domba itu, yang kami perlukan adalah makanan, atau dirham. Dengan dirham itu kami bisa membelanjakan makanan di pasar.”
“Astaghfirullahal’adzhim,” hati Fatimah seraya tersayat mendengar ucapan Badrus ini.
Kemudian Fatimah menengadahkan tangannya ke langit, berdo’a kepada Allah SWT, “Ya Allah,tunjukkanlah jalan padaku agar bisa meringankan beban tamuku dan keluarganya.”
Ketika kedua tangan Fatimah diturunkan, tersentuhlah olenya kalung emas pemberian Ali sebagai mas kawin(mahar) yang ,masih bergelantung di lehernya. Seketika itu juga berseri dan bergembiralah wajah Fatimah. Segera dilepasnya kalung itu. Mungkin kalung inilah yang bisa membantu badrus dari kesulitan, pikirnya.
Lalu diserahkanlah kalung itu kepada tamunya , “wahai Badrus, terimalah kalung emasku ini, semoga Allah memberimu jalan keluar dari kesulitan dan penderitaanmu selama ini.”
Mendapat pemberian dari Fatimah itu hati Badrus senang sekali. “Alhamdulillah, terimakasaih wahai Fatimah, Kamu anak Rasulullah yang baik hati,” tutur Badrus.
Namun ketika ia hendak berpamitan, seketika itu muncul keragu-raguan dalam benaknya. Kemana ia hendak menjual kalungnya itu. Sekali lagi, ia minta tolong kepada Fatimah untuk menunjukkan calon pembelinya. Oleh Fatimah ditunjukkan rumah Yasin Bin Amar, saudagar kaya di kota Madinah. Setelah mengucapkan salam, Badrus menuju rumah Yasir Bin Amar yang terletak tak jauh dari kediaman Rasulullah SAW.
Sesampainya di rumah Yasir, Badrus menceritakan seluruh perjalanan dan kejadian yang dialaminya tanpa ada yang tertinggal sedikitpun. Dengan berharap Yasin bin Amar mau menukar kalung emas dengan roti atau makanan atau beberapa lembar pakaian. Mendengar penuturan orang itu, Yasir Bin Amar terharu. Dalam hatinya ia sangat kagum dengan kepribadian Fatimah, yang merelakan miliknya yang berharga demi menolong orang lain yang memang sangat memerlukan bantuan. Setelah berfikir sejenak, akhirnya yasir menerima permintaan tamunya itu. Ditukarnya kalung emas itu dengan 20 mitsqal roti, 20 potong kain dan 20 dirham serta seekor unta untuk tunggangan pulang kerumah. Ia pulang dengan membawa bekal untuk mencukupi kebutuhan keluarga.
Beberapa saat sepeninggal orang tua itu, Yasir Bin Amar memanggil budaknya, Aslam untuk segera menghadap. Diperintahkan kepadanya untuk segera mengembalikan kalung emas milik Fatimah itu kepada Rasulullah SAW. Ketika menerima kalung itu, hati Rasulullah merasa terharu dan gembira. Ia merasakan bagaimana ketulusan dan budi baiknya hati Yasir Bin Amar.
Beliau juga merasa gembira dan bangga pada putrinya yang telah membantu orang yang sangat memerlukan pertolongan. Kalung itu kemudian diserahkan kembali oleh Rasulullah kepada putrinya. Hati Fatimah sangat gembira ketika menerima kembali kalung yang sudah diberikan kepada orang lain itu dengan ikhlas.
******
dicuplik dari: Kisah teladan,Tabloid “bacaan keluarga muslim” NuraniWednesday, 11 April 2012
Kisah Sahabat Nabi-Membela Nabi,Mati Saat sholat
Kisah Sahabat Nabi-Membela Nabi,Mati Saat Sholat
Zubair sangat percaya dengan kemampuannya di medan perang dan itulah kelebihannya. Meskipun pasukannya berjumlah 100 ribu prajurit, namun ia seakan-akan sendirian di arena pertempuran. Seakan-akan dia sendiri yang memikul tanggung jawab perang. Keteguhan hati di medan perang dan kecerdasannya dalam mengatur siasat perang adalah keistimewaannya.
Di perang Hunain, suku Hawazin yang dipimpin Malik bin Auf menderita kekalahan yang memalukan. Tidak bisa menerima kekalahan yang diderita, Malik beserta beberapa prajuritnya bersembunyi disebuah tempat, mengintai pasukan Islam. Dan bermaksud membunuh para panglima Islam. Ketika Zubair mengetahui kelicikan Malik, Ia langsung menyerang mereka seorang diri dan berhasil mengobrak-abrik mereka.
Rasulullah sangat sayang kepada Zubair, Beliau bahkan pernah mengatakan kebanggannya atas perjuangan Zubair. “Setiap nabi mempunyai pembela dan pembelaku adalah Zubair Bin Awwam.”
Bukan karena sebagai saudara sepupu dan suami dari Asma binti Abu bakar yang bergelar “Dzatun Niqatain” (memiliki dua selendang), melainkan karena pengabdiannya yang luar biasa, keberaniannya yang tiada dua, kepemurahannya yang tidak terkira, dan pengorbanan diri serta hartanya untuk Allah Tuhan alam semesta.
Ia seorang yang berbudi tinggi dan berakhlah mulia. Keberaniannya dan kepemurahannya bagai dua kuda yang digadaikan. Ia seorang pebisnis sukses. Harta kekayannya melimpah ruah. Semuanya ia dermakan untuk kepentingan Islam,hingga saat mati mempunyai hutang.
Kedermawanan, keberanian, dan pengorbanannya bersumber dari sikap tawakalnya yang sempurna kepada Allah. Karena dermawannya sampai-sampai ia rela mendermakan nyawanya untuk Islam.
Sebelum meninggal ia berpesan kepada anaknya untuk melunasi hutang-hutangnya, “Jika kamu tidak mampu melunasinya, mintalah kepada pelindungku.”
Sang anak bertanya, “siapa pelindung yang ayah maksud?”
Zubair menjawab, “Allah! Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong.”
Di kemudian hari, sang anak bercerita,”Demi Allah, setiap kali aku kesulitan membayar hutangnya, aku berkata,”Wahai pelindung Zubair, lunasilah hutangnya.” Maka Allah melunasi hutangnya.
Di perang Jamal, seperti yang tersebut dalam kisahThalhah, perjalanan hidup Zubair berakhir.
Setelah ia mengetahui duduk permasalahannya, lalu meninggalkan peperangan, ia dikuntit oleh sejumlah orang yang menginginkan perang tetap berkecamuk. Ketika Zubair sedang melaksanakan sholat, mereka menikam Zubair.
Setelah itu si pembunuh pergi menghadap Khalifa Ali, mengabarkan bahwa ia telah membunuh Zubair. Ia berharap kabar itu akan menyenangkan hati Ali, karena yang ia tahu, Ali memusuhi Zubair. Ketika Ali mengetahui ada pembunuh Zubair yang hendak menemuinya, ia langsung berseru, “Katakanlah pada pembunuh Zubair putra Shafiah bahwa orang yang membunuh Zubair tempatnya di Neraka.”
Ketika pedang Zubair ditunjukkan kepada Ali, ia menciumnya. Lalu ia menangis dan berkata, “Demi Allah, sekian lama pedang ini melindungi Nabi dari marabahaya.”
Adakah kata-kata yang lebih indah dari kata-kata Khalifah Ali untuk melepas kepergian Zubair, “salam sejahtera untukmu, wahai Zubair, di alam kematian. Beribu salam sejahtera untukmu, wahai pembela Rasulullah.”
******
Wednesday, 4 April 2012
Dongeng Anak Sedunia-Perjanjian Dengan Jin
PERJANJIAN
DENGAN JIN
Dahulu kala disebuah kota besar di kerajaan
Persia, Tinggallah seorang pedagang. Namun akhir-akhir ini pedagang itu sedang
sial. Setiap usahanya selalu gagal, sehingga akhirnya kekayaannya ludes. Kini
dia hanya duduk merenungi kemalangannya.
“Orang malang, apakah kau ingin mendapatkan
kembalisemua hartamu?” Tiba-tiba muncul mahluk jin di hadapannya.
Betapa terkejutnya hati si pedagang itu
melihat siapa yang berbicara dengannya. Tapi akhirnya pedagang itu bias
munguasai dirinya lagi.
“Ya…kalau mungkin,” keluh pedagang itu.
“Tentu saja bias,” senyum licik jin itu
mengembang. “Jangan sedih, kau cukup berjanji padaku, maka seluruh kekayaanmu
akan ku kembalikan. Berjanjilah bahwa 18 tahun lagi kau harus menemuiku di
tempat ini dan mempersembahkan mahluk hidup yang pertama-tama menyambutmu jika
kau pulang nanti.”
Tanpa berpikir panjang pedagang itu berjanji.
Delapan belas tahun cukup lama, lagi pula anjinglah yang selalu menggonggong
menyambutnya tiap kali dirinya pulang. Namun betapa terkejutnya pedagang itu,
ketika ia pulang bukan anjing yang menyongsongnya, tetapi Ahmed anak
kesayangannya . Pedagang itu merasa sedih, tapi ia sudah terlanjur mengucapkan
janji.
Jin itu memang menepati janjinya. Pedagang
itu kembali menjadi kaya-raya. Dan delapan belas tahun kemudian, Ahmed dibawa
oleh ayahnya ketempat dulu ia bertemu dengan jin.
Ahmed sudah diberi tahu tentang perjanjian
ayahnya dengan jin. Tapi sebelum berangkat, dia sudah minta tolong pada seorang
nenek-nenek yang bijaksana. Wanita itu memberinya mantra. Bila diucapkannya, dia
akan dikelilingi oleh dinding yang tak terlihat. Jadi tak aka nada yang akan
dapat mencelakakannya.
Sebelum jin itu muncul, Ahmed telah
mengucapkan mantera. Betapa murkanya jin itu, karena mantra itu sehingga ia tak
dapat melihat dan mencelakakan Ahmed.
“Kau menipuku!” teriaknya pada si pedagang.
“Jika aku tak bias menawan anakmu, kaupun akan kehilangan dia. Seumur hidup dia
harus mengembara.”
Dan memang demikianlah yang terjadi. Ahmed
meninggalkan rumahnya untuk bertualang. Setelah menyebrangi lautan dan
menjelajahi tempat-tempat yang terpencil, sampailah ia di istana yang megah
yang kelihatannya telah ditinggalkan penghuninya.
Di sebuah ruangan yang luas Ahmed menemukan
sebuah singgasana emas. Di atas singgasana itu melingkar seekor ular raksasa.
“Aku adalah Ratu daerah ini.” Tiba-tiba
mahluk mengerikan itu berkata.”Seorang penyihir telah menyihirku menjadi ular
seperti ini. Hanya jika ada seorang manusia yang berani bermalam di istanaku
tanpa mengeluarkan sepatah katapun, maka aku akan kembali ke wujud semula.
Maukah kau menolongku?”
Akhirnya Ahmed bersedia melakukan permintaan
ular raksasa itu. Semalaman Ahmed harus berjaga. Dia diserang oleh dua belas
jin yang mengerikan, tapi tak sepatah katapun keluar dari mulutnya, ia tak
menjerit ketakutan. Ketika fajar merekah, tiba-tiba ular raksasa itu berubah
menjadi seorang putrid yang cantik jelita. Ahmed akhirnya menikah dengan putrid
itu dan menjadi raja di istananya.
Bertahun-tahun Ahmed hidup dengan bahagia
bersama permaisurinya. Tetapi kemudian ia merindukan kedua orangtuanya.
Istrinya setuju jika Ahmed kembali ke negrinya untuk menjenguk kedua orang
tuanya, dan ia memberikan sebentuk cincin wasiat yang dapat membawa Ahmed
kemanapun juga yang di inginkan dalam sekejap mata.
“Cincin ini juga dapat memanggil siapa pun
yang ingin kau panggil,”kata istrinya, “tapi jangan sekali-kali kau gunakan
untuk memanggilku.”
Ahmed menerima cincin itu. Dalam sekejap mata
kemudian ia sudah sampai di hadapan ayah ibunya. Karena kedua orangtuanya ingin
melihat menantunya, Ahmed jadi lupa akan pesan istrinya. Di gunakan cincin itu
untuk memanggilnya. Istrinya memang dating, tapi ia merebut cincin itu dari
tangan Ahmed, lalu menghilang.
Ahmed kini terpaksa harus mengulangi
perjalanannya yang panjang. Setelah ia berhasil memperoleh jubah, sepatu, dan
tongkat ajaib, barulah ia berhasil kembali ke istananya.
Jubah itu membuatnya tak terlihat. Sepatu itu
menjadikan dirinya dapat melangkah cepat tanpa lelah, dan tongkat itu dapat
memukul sendiri. Ahmed masuk istananya tanpa terlihat karena mengenakan jubah
ajaibnya. Kemudian disuruhnya tongkat itu memukuli para pengawal. Akhirnya
ketika sampai di depan istrinya, di bukanya jubah ajaib itu. Mereka kembali
hidup bahagia. Ahmed tak pernah lagi melanggar nasihat istrinya.
Dongeng Anak Sedunia-Raja Bertelinga Keledai
RAJA
BERTELINGA KELEDAI
Midas adalah seorang raja yang berkuasa dan
kaya raya di Phyrgia, daerah kuno di Asia kecil.Namun sayangnya raja Midas agak
bodoh.
Suatu hari si Dewa Anggur, Bacchus,
menampakkan diri kepada Raja Midas. Pada masa yang silam, Raja Midas pernah
berjasa terhadap Bacchus. Oleh karena itu Bacchus hendak membalas budi pada
raja itu.
“Midas, katakanlah, apa yang dapat kulakukan
untuk mengungkapkan rasa terimakasihku padamu? Aku seorang dewa, oleh karena
itu aku dapat mewujudkan apa saja yang menjadi keinginanmu!”, kata Bacchus.
Mendengar janji si dewa anggur itu, Midas
menjadi gembira, dan tanpa piker panjang ia langsung mengatakan permintaannya.
“Mengingat kau begitu murah hati, kumohon
padamu agar apapun yang kusentuh berubah menjadi emas..”.
“Hem…,baiklah,akan ku penuhi permintaanmu,”
Kata Bacchus.
Setelah si dewa anggur itu pergi, segera raja
Midas menghambur keluar, ke kebun, untuk membuktikan anugrah dewa yang
diberikan padanya. Ia memegang pohon palma, dan seketika pohon itu berubah
menjadi emas, gemerlapan terkena cahaya matahari. Raja Midas menjadi gembira
dan senang hatinya.
“Aku akan kaya raya…dan lebih kaya lagi..dan
amat sangat kaya..,” teriaknya berulang-ulang sambil berlari-lari. Kemudian ia
mulai menyentuh bunga-bunga, pohon apel, kupu-kupu,
rumput,..emas,emas..semuanya berubah menjadi emas.
Segalanya yang berada dalam istana kini
berubah menjadi emas. Ketika sore hari Midas merasa lapar dan haus. Ia segera
duduk di meja makan, lalu dengan semangat minta dihidangkan panggang paha ayam
untuk sarapan pagi. Tetapi ketika ia memegang paha ayam itu dan hendak
dimakannya, tiba-tiba menjadi dingin, berat dan keras… dan berubahlah semuanya
menjadi emas. Daging panggang, saus, buah, cawan anggur dan air, semua yang disentuh
midas berubah menjadi mengkilat dan tak dapat dimakan.
Raja Midas menjadi gemetar, dan ia sadar
betapa bodohnya permohonannya itu. Sambil menangis ia memohon kepada Bacchus
untuk membebaskan diri dari kemampuannya mengubah segala sesuatu menjadi emas, ia takut mati karena lapar dan haus.
Tetapi Apollo, si dewa
music dan puisi hendak menghukum raja Phyrgia itu, karena Midas dianggap
sombong, yang menganggap dirinya sebagai yang paling ahli dalam music. Selama
lomba music antara Apollo dan Pan, Midas duduk sebagai ketua dewan juri. Dengan
terang-terangan ia menunjukkan kesenangannya terhadap permainan Pan. Melihat
gaya dan tingkah laku midas, dewa Apollo yang merasa terhina, dan ia memutuskan
untuk membalas dendam.
Pada suatu hari, ketika Midas disisiri oleh
para budaknya, seorang budak menemukan sesuatu yang aneh pada telinga sang
raja. Telinga Midas banyak ditumbuhi bulu dan terlalu runcing untuk telinga
seorang manusia.
Mungkin penglihatanku salah, pikir budak itu.
Maka ia tak mengatakan apa-apa. Tetapi hari demi hari telinga Midas terus bertambah panjang dan
ditumbuhi bulu yang lebat sampai melebihi batas mahkotanya.
Bagaimanapun caranya, Raja Midas tak mungkin
dapat menyembunyikan telinga itu dibawah rambutnya yang keriting berwarna coklat
tua.
Dalam cermin, Midas melihat telinga itu
tampak mencuat. Ia berteriak ketakutan dan berusaha merenggutnya, tapi sia-sia.
Raja Midas mengancam dengan hukuman mati kepada para budaknya, untuk tidak
mengatakan kepada siapapun tentang telinganya. Kemudian ia menutup diri di
dalam kamar istananya.
Tetapi budak itu tak mampu menahan diri,
setelah berminggu-minggu ia tak membuka mulut, maka ia menggali lubang di tanah
dan membisikkan kata-kata, “Raja Midas mempunyai telinga keledai.”
Kemudian budak itu menutup kembali lubang itu
dengan tanah dengan sebaik-baiknya. Akhirnya ia merasa terbebaskan dari beban
berat, tanpa berkata-kata kepada siapapun juga.
Lewat beberapa hari. Suatu pagi yang
berangin, lewat jendela-jendela istana yang terbuka datanglah suara
bisik-bisik. Suara itu adalah nyanyian yang sedikit demi sedikit semakin keras.
Sampai akhirnya terdengar dengan jelas dan semua orang dapat mendengarnya
dengan jelas, dan semua orang dapat mendengar kata-katanya dengan
gambling.”Raja Midas memiliki telinga keledai..telinga keledai..?
Seluruh penduduk kerajaan Phyrgia akhirnya
mengetahui dan mengulang-ulang berita itu sambil tertawa. “Kau tahu, raja Midas
memiliki telinga keledai…?
Apa sebenarnya yang terjadi? Di tempat budak
yang mengira telah mengubur rahasia raja Midas itu, tumbuh pohon-pohon tebu
yang tinggi dan lentur. Karena tiupan angin, pohon-pohon tebu itu bergoyang dan
mengeluarkan bunyi seperti nyanyian. Raja Midas memiliki telinga
keledai…telinga keledai.
Semua itu karena kehendak Dewa Apollo yang
tengah menghukum raja Midas yang sombong dan tinggi hati.
Subscribe to:
Posts (Atom)
Memaksimalkan Penggunaan Akun Belajar.Id Bersama Bootcam Belajar.id GMT Banyuwangi Day 1
Oleh : Risa JR "Ilmu adalah mutiara yang berkilau didalam telaga, dapatkan dia meski harus bersusah payah. Kelak kilaunya akan menera...

-
Oleh : Risa Juanita Ratnaningtyas Pelatihan Guru Motivator Literasi Digital (GMLD) Pertemuan ke:11 Resume ke :9 Hari/Tanggal: Rabu, 24 No...
-
Oleh : Risa Juanita R, S. Pd Pelatihan Guru Motivator Literasi Digital (GMLD) Pertemuan ke:5 Resume ke :3 Hari/Tanggal: Rabu, 10 November 2...
-
Oleh : Risa Juanita R "Berpisah selalu menitikkan air mata, kenangan baik dan buruk takkan terlupa dan kata-kata takkan pernah mengga...