KSATRIA HIDO DAN RAJA DANAU
Konon,
dahulu di negeri Jepang hiduplah seorang ksatria yang gagah berani bernama
Hido. Tapi sayang, selalu bernasib sial. Apapun yang dikerjakannya salah. Aneh!
Padahal Hido selalu bertindak sesuai dengan apa byang diajarkan gurunya. Dan
nasibnyalah yang memang selalu sial.
Jika
dia membunuh naga, maka bukan naga jahat yang dibunuhnya. Jika dia menolong
gadis yang dilarikan kuda liar, ternyata gadis itu seorang penunggang kuda yang
hebat.
Jika
Hido diminta oleh seseorang kepala kampung untuk mengusir segerombolan
penyamun, ternyata pemimpin penyaun itu sahabatnya. Tentu saja dia tak ingin
membunuh temannya. Maka orang yang menyuruhnya mencari ksatria lain.
Akhirnya
semua orang berpendapat bahwa tak ada gunanya minta tolong pada hido. Semua
orang menutup pintu rumahnya jika Hido lewat. Oleh sebab itu akhirnya Hido
memutuskan untuk pergi ke negeri jauh, dimana tak ada orang yang mengenalnya.
Dia harus memulai lagi, dari nol!
Hido
membawa pulang samurai dan busur panjangnya. Dia berjalan dan terus berjalan
tanpa henti.Akhirnya sampai ke sebuah negeri yang belum pernah dikunjunginya.
Terbentang sebuah danau yang luas di hadapannya, namun ada terdapat jembatan
disitu.
Tanpa
menyadari bahwa hari itu nasibnya akan berubah, Hido melangkah, meniti jembatan
itu. Ketika berada di tengah jembatan, Hido melihat seekor raksasa tidur
melingkar.Mungkin Hido lagi-lagi sial, yang jelas dia bukan penakut. Meskipun
ular itu besar sekali, dan nafasnya menyemburkan api, Hido melangkahinya dengan
tenang. Tapi belum lagi dia jauh melangkah, dia mendengar suara orang
memanggilnya.
“Hai,
Ksatria!”
Oh,
orang-orang di sini memelihara ular yang dapat berbicara, pikirnya Hido sambil
berpaling ke arah suara itu.
Tetapi
bukan ular yang dilihatnya. Hido melihat seorang lelaki tampan yang mengenakan
jubah biru dengan mahkota dikepalanya. Mahkota Emas!
“Anda
memanggilku?” tanya Hido dengan sedikit agak keheranan.
“Ya,”
sahut orang itu. “Andalah orang yang kami cari-cari.”
Lelaki
berjubah biru itu kemudian menerangkan, bahwa dirinya adalah Raja Danau. Dia
tinggal dalam istana kristal, jauh di dasar danau. Selama ini mereka hidup
dengan aman dan damai. Tetapi akhir-akhir ini muncul seekor naga jahat yang
selalu mengganggu ketrentraman rakyatnya.
Bila
malam tiba, naga itu akan turun ke dasar danau, dan akan menangkap serta
memangsa siapa saja yang dapat dimangsanya.
“Aku
mencari-cari ksatria yang bersedia dan sanggup membinasakan naga itu,” kata
Raja Danau setelah bercerita.
“Kulihat
kau datang dari jauh,aku tahu kau seorang ksatria samurai dari pedang panjang
dan busur yang kau bawa itu, ku ubah diriku menjadi ular tapi kau tak takut.
Dengan tenang kau melangkahiku. Kaulah ksatria yang kami tunggu-tunggu itu.”
Mendengar
pujian itu Hido senang sekali.
“Apa
yang harus kulakukan untuk anda?”, tanyanya sambil membungkuk dalam-dalam.
Raja
Danau memegang tangan Hido. Dituntunnya pemuda itu masuk ke dasar danau, ke
istana kristal. Istana itu indah sekali. Kursi-kursinya dihiasi dengan permata.
Makanan-makanan lezat terhidang di atas meja. Waktu telah berlalu, tanpa
disadari sudah tengah malam.
Tiba-tiba
terdengar raungan yang dahsyat, memekakkan telinga. Air danau menggelegak. Hido
dengan cepat mengambil senjatanya dan segera berenang ke permukaan danau.
Benar!Di
tepi danau berdiri seekor naga raksasa yang nampak mengerikan. Belum pernah
Hido melihat mahluk sebesar itu. Ksatria itu tak merasa takut.Diangkat busur
dan ditariknya anak panah, yang kemudian dilepaskan dan anak panah itu melesat
mengenai tubuh binatang raksasa itu.
Tetapi
anak panah itu tak bisa menembus kulit naga yang keras dan licin. Anak panah
Hido bagai rumput kering diterbangkan angin. Naga itu kemudian meringsek maju.
Hido tetap tegak berdiri ditempatnya.
Anak
panah kedua dilepasklan Hido. Naga itu mengibaskannya seperti mengibaskan
seekor lalat, panah Hido jatuh diatas tanah. Naga itu semakin mendekati Hido.
Tepat pada saat yang kritis itu ia teringat akan nasihat seorang ksatria tua,
anak panah harus dijilat ujungnya agar meluncur dengan baik.
Hido
mengambil anak panah ketiga. Ujungnya dijilat lebih dulu. Dibidik dan
dilepaskan dan tepat mengenai titik diantara kedua mata naga itu. Akhirnya
binatang raksasa mengerikan itu menemui
ajalnya.
Raja
Danau sangat gembira melihat keberhasilan Hido. Untuk membalas jasanya, raja
Danau menghadiahi Hido dengan harta yang berlimpah. Sejak saat itu nasib Hido
berubah dan perjalanan hidupnya selalu baik.
****
No comments:
Post a Comment